Resensi Buku : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (buku 1)


Judul Buku : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (buku 1)
Penulis : Ajahn Brahm
Penerbit : Awarness Publication
Tahun terbit : April 2017
Jumlah halaman : 302 halaman


Resensi Buku :
Sebelum membedah isi buku ini, saya akan mengulas sedikit tentang penulisnya. Namanya Ajahn Brahm, sebelumnya beliau adalah seorang guru fisika di Inggris, pada tahun 70an, Brahm memutuskan untuk mendalami agama Budha dengan berguru kepada Ajahn Chan, seorang biksu terkenal di Thailand. Saat ini, Brahm tinggal di Australia dan terus berbagi kebahagiaan dan kesenangan lewat buku dan beberapa seminar.

Kembali lagi kepada isi dari buku ini, sebenarnya dalam buku ini ada beberapa nilai-nilai penting tentang kehidupan. Nilai-nilai itu ditulis dalam bentuk kisah-kisah, ada pula beberapa lelucon dalam kisah-kisah ini. Ada beberapa nilai dan kisah favorit saya seperti berikut: 

  • Kesempurnaan dan kesalahan, pada subbab ini penulis memberikan cerita tentang 2 batu bata jelek di tembok. Suatu hari, ia membuat tembok yang tersusun dari bata-bata, pada suatu ketika biksu tersebut sadar bahwa ada 2 bata jelek yang diletakan tidak sempurna. Bata tersebut tidak mungkin dibetulkan, karena tembok sudah hampir jadi. Singkat cerita setelah bangunan jadi, biksu tersebut tidak percaya diri ketika para tamu rombongan dating ke vihara, ia mengira bahwa tamu akan menertawakan batu bata yang tidak sempurna itu. Ternyata pengunjung sama sekali tidak menyadari batu bata itu, pengunjung hanya focus pada bangunan secara keseluruhan. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah : jangan berfokus pada kekuranganmu, tidak ada suatu hasil yang sempurna.
  • Rasa takut dan rasa sakit, dalam subbab ini penulis memberikan kiat-kiat bagaimana kita berdamai dengan rasa takut dan sakit. Kutipan yang sangat berkesan dalam subbab ini salah satunya ‘membiarkan berlalu “si pengatur”, lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap ketidakpastian masa depan membebaskan kita dari penjara rasa takut.’ (p.70).
  • Kemarahan dan pemaafan, bagian yang paling berkesan dari subbab ini adalah ketika penulis bercerita tentang cara pemerintah Thailand menumpas kaum pemberontak. Ternyata caranya sangatlah sederhana; pertama, menahan diri untuk tidak menyerang, walaupun tentara mengetahui posisi pemberontak, mereka tidak menyerangnya. Kedua, mengampuni pemberontak. Walaupun mereka ada dalam pengawasan pemerintah, mereka tidak dijatuhi hukuman apapun. Terakhir adalah memecahkan akar permasalahan. Akar dari pemberontakan adalah kemiskinan, kemiskinan datang dari ketidakberdayaan. Masyarakat desa lalu diberikan beberapa fasilitas penting untuk menunjang mata pencaharian. Mereka diberikan jalur irigasi yang baik, pembangunan sekolah dan klinik kesehatan, dll.
  • Masalah kritis dan pemecahannya adalah salah satu subbab kesukaan saya, karena dalam subbab ini beliau berbicara tentang masa depan. Masa depan, menurut saya adalah hal yang sangat menakutkan, apalagi mengetahui bahwa keadaan kita masih jauh daripada yang diharapkan. Ada beberapa poin menarik yang dibeberkan dalam subbab ini tentang masa depan. Masa depan itu tidak pasti, kita tidak akan pernah tahu pasti apa yang akan terjadi kemudian (p. 140). Selalu pergunakan waktumu seratus persen untuk kegiatan yang sedang kamu lakukan (p. 143). Dan ketika kita terlibat masalah atau kesulitan, itulah saatnya untuk mengalir bersama arus. Namun ketika anda mampu bertindak dengan efektif, itulah saatnya anda mengerahkan segala upaya (p.137). secara pribadi, ini adalah subbab favorit saya =)
  • Kebijaksanaan dan keheningan batin, mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam berujar. Ada kalanya diam itu emas.

Secara keseluruhan buku ini mengajarkan kita untuk bijak dalam menghadapi kehidupan. Sebuah buku yang menyenangkan dan menenangkan.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : The Winner's Brain

Sejumput Kebahagiaan